Kopdes Merah Putih Metuk Hidupkan Ekonomi Warga Lewat Rantai Pasok Murah dan Produk Lokal

Boyolali — Bukan sekadar menjual sembako murah, Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes MP) Metuk di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, perlahan membangun ekosistem ekonomi lokal yang menyejahterakan warga. Melalui koperasi ini, warung-warung kelontong di Desa Metuk kini mendapat akses pasokan barang lebih terjangkau, sekaligus menjadi bagian dari rantai distribusi ekonomi warga desa sendiri.Manajer Operasional Kopdes MP Metuk, Sumono, mengatakan sejak awal pihaknya tak ingin bersaing dengan warung yang sudah lebih dulu berdiri, tetapi justru mengajak mereka bekerja sama. “Kami musyawarah dengan para pemilik toko sembako di sekitar sini, dan mereka malah bersedia mengambil barang dari kami,” ujarnya, Senin (27/10).

Langkah ini membuat harga kebutuhan pokok di tingkat warga menjadi lebih terjangkau. Contohnya, gas LPG tiga kilogram dijual hanya Rp18 ribu, lebih murah dibandingkan harga pasaran di atas Rp20 ribu. Sementara minyak goreng satu liter dijual Rp15.700, dengan modal Rp14.600.Tak hanya gas dan minyak, beras lokal dan sayur segar menjadi produk paling diminati. Penjualan beras disebut luar biasa, sementara minyak goreng “Minyakita” sering langsung habis begitu stok datang. Bahkan, pemasok ID Food sempat menyarankan agar pembelian dibatasi maksimal dua liter per orang ketika stok menipis.Untuk sayuran, Kopdes MP Metuk memanfaatkan potensi Boyolali yang dekat dengan Gunung Merbabu dan Merapi. “Sayur kami ambil langsung dari petani di pasar grosir. Barangnya segar, dan cepat sekali habis,” kata Sumono yang akrab disapa Mono.

Sejak resmi beroperasi penuh pada 14 Oktober 2025, Kopdes MP Metuk telah menyediakan berbagai layanan dalam satu kawasan: gerai sembako, apotek, klinik, kantor koperasi, hingga gerai pertanian. Unit koperasi simpan pinjam juga sedang dalam proses pembentukan.

Menariknya, sebagian besar produk yang dijual adalah hasil olahan warga sendiri, seperti beras lokal Metuk, jamu calung, keripik tempe, keripik ketela, keripik kulit lele, telur asin, dan abon. Para pelaku usaha lokal bisa menitipkan produk mereka tanpa harus menanggung beban modal terlebih dahulu.

Dengan konsep ini, Kopdes MP Metuk tak hanya menjadi tempat belanja murah, tapi juga pusat pemberdayaan ekonomi warga desa. “Kami ingin semua pihak di Metuk ikut bergerak — dari petani, pedagang, sampai pengrajin rumahan,” tutup Mono.

Sumber : Tim Media Kepresidenan

Jurnal 8 id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *